Abu Dhabi akan mendanai studi senilai Rp 323,4 miliar yang akan berlagsung selama dua tahun untuk mengidentifikasi daerah lain yang potensial sebagai lahan pertanian dikawasan sebelah utara Uni Emirat Arab (UAE). Selama beberapa tahun terakhir, Negara-negara teluk yang menggantungkan kebutuhan mereka pada impor pangan mulai meningkatkan upaya untuk membeli dan menyewa lahan pertanian di Negara-negara berkembang sebagai langkah mengamankan suplai pangan mereka. Akuisisi lahan asing tersebut memancing kritik dan perlawanan dari para petani di Negara berkembang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyampaikan keprihatinannya atas hak para petani di Negara-negara berkembang yang terdesak ketika Negara-negara kaya membeli lahan mereka. Rajendra Pachauri, Direktur Jendral Energy and Resources Institute di New Delhi, India, menyatakan selain Uni Emirat Arab, Qatar dan Kuwait mencoba meningkatkan suplai pertanian domestic mereka lewat penggunaan berbagai jenis jamur yang dapat meningkatkan pertumbuhan akar tanaman di daerah kering. “ dengan mencampur tanah dengan mikroba ini, atau apa yang kami sebut mycorrhiza, akar tanaman dapat menyerap nutrisi dari tanah yang sebelumnya tak bias dilakukan mengingat kondisi tanah dan iklim di Teluk,” kata Pachauri. Dalam waktu sekitar 18 bulan, institute itu berhasil mengubah lahan seluas 4.000 meter persegi, yang digambarkan pachauri sebagai lahan tak berguna dengan salinitas tinggi di Dukhan, daerah sebelah selatan Qatar, menjadi lahan Produktif.
Sumber:Koran Tempo