Daya Tarik Dalam Suara

Wanita dengan jenis suara yang tinggi umumnya lebih memilih pria bersuara dalam, suara yang identik dengan pria. Inilah hasil penelitian tentang pola ketertarikan antara pria dan wanita yang dilakukan oleh Bennedict Jones, seorang psikolog dari university of Aberdeen, skotlandia. Penelitian ini mencoba memperluas penelitian tentang apa yang membuat orang tertarik pada lawan jenisnya, baik dari segi fisik maupun kualitas mental yang mendorong antara evolusi manusia. “orang jelas memilih untuk menikah dan berkencan dengan orang yang mereka anggap menarik. Tapi cenderung lebih bisa bekerja sama dengan individu yang menarik, lebih memilih menggaji orang yang menarik, dan bahkan memilih orang yang menurut mereka menarik saat pemilihan umum,” kata jones dalam jurnal Behaviorial Ecology, yang menerbitkan hasil penelitiannya. “jadi, dengan memahami factor yang mempengaruhi penilaian yang membuat orang menarik atau tidak, kami mencoba menggali lebih dalam atas sesuatu yang paling kuat dorongannya dalam interaksi social.” Yang menggelitik para peneliti adalah penelitian yang terdahulu menunjukkan bahwa wanita dengan suara yang tinggi bukan hanya lebih terdengan menarik, tapi seringnya mereka pun berwajah menarik juga dalam penelitian orang lain.
Penelitian lebih lanjut menemukan bahwa suara tinggi pada wanita juga berhubungan dengan kadar estrogen dalam tubuh mereka. Mungkin inilah yang mengaitkannya dengan kesehatan dan fertilitas atau kesuburan mereka. Perempuan heteroseksual yang menarik, baik pada mereka yang memiliki postur tubuh bak jam pasir maupun kecantikan di wajah mereka, umumnya menunjukan ketertarikan yang khas pada pria dengan wajah yang maskulin. Seperti pria denga rahang yang tegas atau alis yang lebih tebal. Cirri-ciri ini juga mengacu pada kesehatan pria. Sebab tanpa sadar perempuan berharap punya keturunan potensial yang sehat.
Nah, penelitian terakhir menunjukkan bahwa pria dengan suara dalam cenderung punya anak lebih banyak. Ini menyimpulkan bahwa mungkin perempuan dengan suara sopan memilih pria yang lebih macho, dengan suara yang dalam, karena intinya adalah perjodahan antara yang paling feminim dengan yang paling maskulin. “selama bertahun-tahun, para filsuf menyimpulkan bahwa tak mungkin memahami kecantikan dan ketertarikan, terutama karena kecantikan itu bergantung pada mata yang melihatnya”, kata jones. “ penelitian kami menunjukkan, walaupun benar bahwa tiap orang punya pandangan yang berbeda tentang apa yang mereka anggap menarik, ada beberapa hal tentang selera yang berlaku secara umum, dipahami bahkan bisa diprediksi.”
Untuk menguji ide mereka, jones dan para koleganya mula-mula mengukur suara 113 mahasiswi. Lalu peneliti memperdengarkan berbagai suara pria pada para mahasiswi itu yang berkata tentang”saya sangat menyukaimu” atau “saya sangat tak menyukaimu”. Para mahasiswi ini dimintai komentarnya tentang seberapa menarik suara pria yang mereka dengar itu. Padahal suara pria yang mereka dengar sebenarnya adalah satu suara yang dimodifikasi menjadi beragam :lebih tinggi, lebih feminim, lebih maskulin. Para mahasiswi peserta penelitian ini lebih banyak memilih suara bernada rendah dan bukan sekedar apa yang mereka katakana. Sebagai tambahan, 20 perempuan dengan suara bernada paling tinggi 20 persen lebih cenderung memilih pria bersuara maskulin di banding 20 perempuan bersuara terendah. “ temuan ini menyimpulkan bahwa perempuan memiliki daya tarik tersendiri yang mempengaruhi pemilihan mereka akan kemaskulinan pria yang tergambar dalam suara pria”, kata jones. “ efek seperti itu dalam penelitian kami secara sederhana merefleksikan temuan orang dalam pasar jodoh, dan menjadi hal yang diperhitungkan ketika menilai orang lain.”
Penelitian ini sedikitnya juga bisa menjelaskan betapa kita sering kali langsung menilai daya tarik seseorang yang belum pernah kita jumpai, atau sebaliknya, merasa tak perlu pertimbangan untuk menjalin hubungan dengannya sekalipun, “kesadaran akan pasar nilai tampaknya menjadi pertimbangan dalam situasi ketika kita tak membutuhkannya.” Akan menarik jika penelitian lebih lanjut akan menggali lagi apakah para perempuan dengan jenis suara yang lebih tinggi pada akhirnya akan berhasil menjalin hubungan dengan pria yang bersuara rendah. “ saya juga tertarik, suatu saat bisa meneliti hubungan penampilan dan karakteristik vokal dengan video untuk melihat bagaimanaa orang mengkombinasikan antara pengamatan visual dan auditori saat menilai daya tarik seseorang,” kata jones dalam jurnal Behavioral Ecology.

Sumber:koran Tempo