Era ini adalah era perubahan. Dalam bidang pangan, kita harus waspada dengan barang yang INSTAN. Begitu juga dalam bidang teknologi dan informasi, kita harus memperhatikan kepraktisan yang secara tidak sadar dapat melumpuhkan keluhuran sifat manusia. Kita harus lebih waspada dengan barang yang bernama INTERNET.
Instan dan praktis memang memudahkan manusia. Internet juga sangat bermanfaat bagi manusia, tapi sadarkah anda bahwa internet diam-diam merusak nilai luhur manusia?
Dengan internet, manusia jadi ogah-ogah mencari sebuah solusi dari suatu permasalahan melalui buku. Mereka lebih senang mencari solusi langsung lewat mbah gugel.
Seakan-akan segalanya ada di internet dan tidak sedikit pula orang yang mudah percaya dengan apa yang mereka lihat dari internet.
Tapi itu tidak penting!
Yang paling krusial adalah kita jadi malas untuk MENELITI dan BEREKSPERIMEN dengan otak pemikiran murni kita sendiri. Kita juga jadi generasi yang hanya berani bersuara di media massa, namun tidak berani di kehidupan nyata.
Kita jadi tidak berani berkata di depan publik secara langsung karena suara kita sudah teraspirasikan lewat media sosial, sehingga rasa 'greget' kita untuk mengungkapkan pendapat menjadi terlampiaskan atau terwakili, pada akhirnya kita tidak jadi bersuara secara langsung.
Apakah teman-teman merasakan bahwa keinstanan dari internet telah merubah pola hidup teman-teman?
Tapi bagaimanapun juga kita tidak bisa lari menjadi manusia primitif kembali seperti zaman purbakala yang hidup tanpa mengikuti globalisasi. Pada akhirnya kita tidak bisa terlepas dari modernisme, kita tidak bisa dan tidak mungkin. Apapun yang terjadi nikmati saja kehidupan ini. Tapi...
Ada satu hal yang dapat dijadikan pegangan yaitu kita hanya perlu menyadari bahwa hal yang instan itu menyenangkan namun kadang TIDAK baik. Jangan sampai kita terperdaya oleh sisi buruk internet, sebisa mungkin kita manfaatkan internet untuk baiknya kita saja.
Dan yang terpenting, kita tetap mau bekerja keras, tapi berani hidup dalam modernitas. Sekian. :)
Bagaimana dengan teman-teman?
Instan dan praktis memang memudahkan manusia. Internet juga sangat bermanfaat bagi manusia, tapi sadarkah anda bahwa internet diam-diam merusak nilai luhur manusia?
Dengan internet, manusia jadi ogah-ogah mencari sebuah solusi dari suatu permasalahan melalui buku. Mereka lebih senang mencari solusi langsung lewat mbah gugel.
Seakan-akan segalanya ada di internet dan tidak sedikit pula orang yang mudah percaya dengan apa yang mereka lihat dari internet.
Tapi itu tidak penting!
Yang paling krusial adalah kita jadi malas untuk MENELITI dan BEREKSPERIMEN dengan otak pemikiran murni kita sendiri. Kita juga jadi generasi yang hanya berani bersuara di media massa, namun tidak berani di kehidupan nyata.
Kita jadi tidak berani berkata di depan publik secara langsung karena suara kita sudah teraspirasikan lewat media sosial, sehingga rasa 'greget' kita untuk mengungkapkan pendapat menjadi terlampiaskan atau terwakili, pada akhirnya kita tidak jadi bersuara secara langsung.
Apakah teman-teman merasakan bahwa keinstanan dari internet telah merubah pola hidup teman-teman?
Ada 1 hal yang ingin saya pertanyakan kepada teman-teman. Coba bandingkan bagaimana intensitas kehidupan teman-teman dimasa lalu ketika masih belum ada internet, dengan masa sekarang. Kemudian teman-teman boleh membagikan ceritanya lewat kolom komentar berupa link post blog teman-teman, atau langsung berupa komentar.
Seperti apakah perbedaannya sehingga teman-teman yang lain bisa menyimak lewat pengalaman dan belajar.
Tapi bagaimanapun juga kita tidak bisa lari menjadi manusia primitif kembali seperti zaman purbakala yang hidup tanpa mengikuti globalisasi. Pada akhirnya kita tidak bisa terlepas dari modernisme, kita tidak bisa dan tidak mungkin. Apapun yang terjadi nikmati saja kehidupan ini. Tapi...
Ada satu hal yang dapat dijadikan pegangan yaitu kita hanya perlu menyadari bahwa hal yang instan itu menyenangkan namun kadang TIDAK baik. Jangan sampai kita terperdaya oleh sisi buruk internet, sebisa mungkin kita manfaatkan internet untuk baiknya kita saja.
Dan yang terpenting, kita tetap mau bekerja keras, tapi berani hidup dalam modernitas. Sekian. :)
Bagaimana dengan teman-teman?